Selimut


 

Tirai jendela hotel terbuka sebagian pada sore itu ketika selimut memandangiku. Seseorang pernah mengenakannya dalam tidur yang ganjil dan tak sadar apa yang ia tinggalkan di sana. Warnanya tak pernah seputih sebelum ia datang.

Di balik jendela, angin menari-nari minta dikenali. Pohon-pohon mengangguk meminta ihwal yang sama. Berpasang-pasang sepatu tak bisa mengikat talinya sendiri. Jendela akan tertutup lagi dan aku akan meninggalkan bekas di selimut yang mudah dicuci.

Di kotaku, jendela-jendela lebih jarang terbuka.

Makassar, 7 Juni 2014

 

  1. “Di kotaku, jendela-jendela lebih jarang terbuka….”

    sedang di kotaku, bukan hanya jendela.. pagar dan pintu-pintu juga semakin jarang terbuka.

    Selamat pagi, Mas Gun 🙂

  1. No trackbacks yet.

Leave a reply to riasangjamin Cancel reply