Mengabdi Diam


Meski berjalan kaki sepanjang hari, kunikmati. Bersamamu bagai jarang yang hakiki. Mungkin aku tak bisa memelukmu lebih rapat, lebih hangat, tetapi doa baik buatmu kurapal tanpa kenal kiamat. Biarkanlah aku jadi yang setia mengingat hal-hal tentangmu, karena hanya dalam kepala bisa kurengkuh dirimu. Hitam putih punggungmu pun takkan mengaburkan pandanganku buatmu, meski dari jauh.

Aku mencintaimu karena caramu mencintainya. Caramu mencintainya tak meluruhkan caraku mencintaimu. Aku bertahan dalam gagu. Segalanya terlalu logis. Aku mungkin tak bisa bertahan lebih lama, lebih tak mungkin mengharapkan perkara magis.

Jika ternyata cinta ialah kepasrahan, maka aku akan mengabdi kepada diam.

[AG, Jakarta, Juli 2011]

*ilustrasi diunduh dari sini

  1. Ini kunjungan pertama saya, Mas Andi. Di kemudian hari, izinkan saya sering-sering bertandang =)

    • Andi_Lopius
    • March 24th, 2012

    ini x pertama saya nyangkut ke blog anda
    wah2,,,
    Mas andi prosa anda benar2 bagus,,,
    bolehkah diri ini mencoba untuk belajar dari anda,,,

    I Like This,,,

    • vivi
    • July 10th, 2013

    Sukaaaaa 🙂

  2. aaaakk manisnya :”3
    pas banget di hati ieu teh :’)

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment