Suatu Subuh pada Hari Senin
getir sampai ke ujung lidahku, pukul setengah lima pagi, sesaat setelah ingatan membangunkan aku dari tidur yang ganjil. kemudian angin mengantarkan gemertak gigi-gigi yang bergetar, sesuatu dalam dadaku bergoyang-goyang menjatuhkan pertanyaan seperti embun; adakah kau bersedih bila aku hilang? lalu ditelan tanah, diuapkan udara.
ha-ha-ha. duka selalu saja meneriaki dirinya sendiri tentang menjadi tabah, tanpa memberi arah.
(2013)
—
Sebuah Musim Pendek
Kita pernah sepakat bahwa ada yang lebih bah dari hujan paling hujan, punggung-punggung kita yang saling tatap. Lalu saat kemarau datang, tak ada yang lebih gersang dari ladang ingatan tentang musim pendek di dada kita. Dan payung hitam tak tahu, dirinya tak pernah cukup mengadang badai. Membuat kau berteduh di bawah pohon hari lalu—sendiri saja.
(2013)